Jumat, 16 Januari 2009

Adu kebut burung Dara




Selain kerapan sapi lomba lain yang melibatkan kemampuan hewan adalah lomba burung dara. Menurut sejarahnya permainan ini juga berasal dari Madura, meski hal tersebut belum bisa dipastikan seratus persen kebenarannya. Dalam tradisinya, lomba burung dara terbagi atas dua macam, yaitu "sistem lemahan" dan "sistem tanganan". Masing-masing sistem ini mempunyai ciri khas sekaligus tata cara tersendiri.

Untuk sistem tanganan misalnya, dara betina yang dijadikan sebagai “umpan” dipegang oleh seorang penggeber atau joki. Sedangkan dara jantan diterbangkan dari jarak yang cukup jauh sekitar 100 m untuk menghampiri burung dara jantan yang dipegang oleh penggeber. Dalam sebuah perlombaan burung yang dinyatakan sebagai pemenang adalah burung yang lebih cepat sampai di tangan penggeber. Sedangkan untuk sistem lemahan, prosesnya hampir sama dengan sistem tanganan, hanya saja dara betina diletakkan di tanah dan dibatasai lingkaran. Dan dara jantan menghampiri burung dara betina tersebut sekaligus masuk ke dalam lingkaran. Dalam menjaga kekompakan antara burung dara jantan dan betina dibutuhkan latihan tersendiri.

Penggeber harus memberikan “pelajaran” secara intensif, bahkan sejak burung dara yang dipilih tengah mengerami telurnya. Pada saat burung ngeram sesungguhnya itu adalah waktu yang tepat bagi burung untuk digiring (dilatih untuk saling membutuhkan atau mendekat). Selama proses pelatihan tersebut telur yang dierami harus dibuang. Lantas kedua pasang burung dara itu dibersihkan dengan air lalu dijemur dalam satu kurungan yang bertingkat dengan posisi atas bawah selama 5 hari. Selepas proses tersebut keduanya akan menjadi sepasang “romeo dan juliet” karena setiap dipisah dara jantan akan mencari atau menghampiri dara betina.

Namun ada hal yang perlu diperhatikan lagi, dalam proses latihan, penggeber harus selalu memakai baju dengan warna yang sama. Hal ini dimaksudkan agar burung terbiasa mengenal satu warna. Dengan demikian burung akan lebih mudah mengenali penggebernya. Meski burung sudah akrab dengan penggebernya, dia biasanya akan sulit mengenali “majikannya” tersebut saat penggeber memakai baju dengan warna lain. Saat ini tradisi kerapan sapi dan lomba burung dara masih eksis terjaga kelestariannya. Mereka terus berdiri mempertahankan identitas lokal di tengah derasnya intervensi budaya asing yang datang silih berganti.

Photo by:Canxndutz

Tidak ada komentar: